Rabu, 15 Maret 2017

DEFINISI DAN TUJUAN TASAWUF








DEFINISI DAN TUJUAN TASAWUF

OLEH:
DOLI RAMADHAN
NIM:0705163027

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Jafar,MA




FISIKA-1
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri SUMATRA UTARA






PENDAHULUAN

            Tasawuf sebagai amalan praktis para sufi atau sebagai sebuah disiplin ilmu telah mendapat perhatian yang cukup luas dan dalam dari para ilmuwaan secara umum dan peneliti tasawuf secara khusus.Diantara mereka seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah ada yang melihat tasawuf sebagai suatu yang tanpa kebatilan.Ada pula yang menolak kebenaran dan kebatilannya.Tetapi ada juga yang melihat secara objektif,berdasarkan panduan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
            Paraa peneliti yang melihat tasawuf secara objektif,umumnya menegaskan segi positif (yang benar menurut syari’at) di samping segi negatif (yang kontra dengan syari’at).Al-Syathibi misalnya melihat tasawuf dalam artian perbaikan akhlak mempunyai landasan yang kuat dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.Sementara tasawuf dalam artian hilangnya perhatian seseorang terhadap dirinya dan hanya ada bersama Allah,menurutnya ada yang sesuai dengan syari’at dan ada pula yang tidak.
            Sebagai sebuah disiplin ilmu,sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun,tasawuf merupakan sebuah disiplin agama yang baru,seperti halnya ilmu Ushul al-Fiqh,Musthalah al-Hadits dan lain-lain.
            Karena eksistensinya sebagai salah satu metode (cara) perbaikan akhlak yang ajarannya mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.Dan cara untuki mendekatkan diri kepada Allah SWT,yang sangat urgen bagi perbaikan umat (baca umat Islam) dari berbagai kejahatan dan pelanggaran,maka tidak heran jika tasawuf terus diteliti dan dipelajari.Apalagi tasawuf dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu.
            Dengan demikian,penjelasan tentang definisi dan tujuan tasawuf diharapkan dapat menjadi pemahaman dalam pengertian tasawuf dan tujuannya yang berpondasikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW





















ASAL MULA TASAWUF
            Para ulama tasawuf dalam penggunaan kata tasawuf berbeda pendapat tentang asal usul katanya. Ada bulu atau wol yang mengemukakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci, bersih atau murni. Pandangan lain mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaff yaitu barisan. Demikian pula ada yang nengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata ash-shufu yang artinya buku atau wol kasar.
            Dari berbagai pandangan ulama tawasuf tentang asal usul kata tasawuf dapat disimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada amal shalih dan kegiatan yang sungguh-sungguh , menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka pendekatan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan nya.
 A.Pengertian tasawuf
1. Arti secara Etimologi
a. Ada yang mengemukakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci,bersih atau murni.
b. Pandangan lain mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaff yang arytinya barisan.
c. Dalam pandangan lain ada pula yang mengemukakan bahwa kata tasawuf diambil dari kata sufi yang berasal dari kata yunani.
d. Selain pengertian diatas, ada juga yang mengemukakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata “shaufanah” yang berartisejenis buah-buahan kecil dan berbulu yang banyak sekali tumbuh di tanah arab.
2. Arti secara Terminologi
            Sama halnya dengan arti etimologi, secara terminologi arti tasawuf banyak ragamnya yang dikemukakan oleh para ahli, diantara defenisi yang dikemukakan sebagai berikut.
a.Defenisi tasawuf dikemukakan oleh Abu Bakar al-kattani yang disebutkan oleh imam al-ghajali dalam kitabnya Ulum ad-din bahwa
Tasawuf adalah budi pekerti, Barangsiapa yang memberikan bekal budi pekerti atas kamu berarti ia memberikan bekal kepadamu atas dirimu dala tasawuf. [1]

 3. Tasawuf dalam Hierarki ilmu-ilmu islam
            Dalam tradisi intelektual islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandang islam. Di antara mereka, pendapat Ibn Khaldun cukup penting diutarakan. Dalam muqaddimah, Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Pertama, ilmu-ilmu hikmah dan filsafat yang diperoleh dengan akal manusia, dan ilmu yang di ajarkan dan ditransformasikan yang bersumber kepada syariat islam(Al-qur’an dan Hadits). Dalam pembagian ilmu menurut Al-ghajali berdasarkan cara perolehan ilmu, disebutkan bahwa ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan atau ilmu yang dicapai, Sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai ‘ilm al-hudhurti’.
            Ibn khaldhun telah mengulas tasawuf sebagai sebuah disiplin ilmu dalam kitab Muqaddimahnya. Dari aspek sumber tasawuf sebagain salah satu dari ilmu syariah, menurut Ibn khaldun, bersumber dari syariat yakni al-qur’an dan hadis, dan akal tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali menarik kesimpulan dari kaidah-kaidah utama untuk cabang-cabang permasalahan nya. Meskipun muncul belakangan sebagai sebuah disiplin ilmu, tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu syariat telah dipraktikkan pada zaman Nabi Muhammad Saw.



[1] Bangun Ahmad Nasution,2015,Akhlak Tasawuf,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,hlm.3-5



4. Tujuan Tasawuf
            Tujuan tasawuf tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Islam.Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan suatu tujuan tertentu seperti syahadah,ibadah,khalifah,dan hasanah.Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim,disebutkan hadis mengenai al-islam,al-iman,dan al-ihsan.Hadis tersebut menjelaskan bahwa ketiga istilahnya membentuk suatu hierarki beragama.Seorang muslim tidak saja dituntut untuk menjalankan al-islam dan al-iman,tetapi juga merealisasikan al-ihsan sebagai hierarki yang paling tinggi.Jadi,Al-Quran dan hadis menghendaki umat Islam dapat memantapkan ketauhidan dan ibadah dalam kerangka al-ihsan,dan mengimpementasikan tugas sebagai khalifah-nya di muka bumi demi kebaikan dunia maupun akhirat kelak.Para sufi dan filsuf tidak menampilkan teori dasar tersebut,dan karya-karya mereka menjadi wujud nyata dari interpretasi terhadap teori dasar tersebut.Mereka mengembangkan tujuan hidup manusia menjadi tujuan dari sebuah perjalanan spiritual.
            Para sufi telah merumuskan tujuan dari tasawuf.Sekadar pemetaaan,Ibn Khaldun menjelaskan bahwa puncak perjalanan spiritual para penempuh jalan tasawuf setelah melewati beragam tingkatan spiritual (al-maqamat) adalah kemantapan tauhid dan makrifat.Karya-karya para sufi menguatkan pernyataan tersebut.Seperti disebut al-Quraisy,Ruwaim bin Ahmad pernah menyatakan bahwa kewajiban pertama dari Allah kepada hamba-Nya adalah makrifah sebagaimana disebut dalam Q.S al-Zariyat/51:56 bahwa jin dan manusia diciptakan untuk li ya’budun yang diartikan Ibnu ‘Abbas sebagai li ya’rifin (makrifat kepada Allah).Junaid al-Baghdadi mengatakan bahwa makrifah (ma’rifah) merupakan awal dari kebutuhan hamba dari hikmah.Pernyataan sufi-sufi tersebut mendukung penegasan bahwa tujuan bertasawuf adalah bermakrifat kepada Allah.
            Dua sumber ajaran Islam,Al-Qur’an dan hadis,memberikan sinyal kuat bahwa manusia berpotensi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,bertauhid dan bermakrifat kepada-Nya.Dalam Q.S. al-Baqarah/2:186,Allah SWT ,berfirman yang artinya:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,maka (jawablah),bahwa Aku dekat.Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Dalam Q.S Qaf/50:16,Allah SWT berfirman ,yang artinya:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”.

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa:

Dari Abi Hurairah,iaa berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT “Aku menurut keyakinan hamba-Ku kepada-Ku,dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku.Jika ia mengingat-Ku didalam dirinya,maka Aku mengingatnya didalam diri-Ku.Jika ia mengingat-Ku didalam suatu kelompok,maka Aku mengingatnya di dalam suatu kelompok yang lebih baik darinya.Jika ia mendekati-Ku sejengkal,maka Aku mendekatinya satu lengan.Jika ia mendekati-Ku satu lenga,maka Aku mendekatinya satu depa.Jika ia mendekati-Ku berjalan,maka Aku mendekatinya dengan berlari.” 

            Zun al-Nun al-Mishri mengungkapkan bahwa tasawuf adalah “orang-orang yang mengutamakan Allah dari yang lain,sehingga Allah lebih mengutamakan mereka dari yang daripada yang lain”.Muhammad al-Kattani menjelaskan bahwa “Tasawuf adalah akhlak,maka barangsiapa yang bertambah baik akhlaknya,maka akan bertambah mantap tasawufnya (semakin bersih jiwanya).Kata-kata sebagian sufi tersebut menunjukkan bahwa tasawuf berupaya mengantarkan penekunannya untuk selalu bersama Allah dalam berbagai keadaan,dan memantulkan akhlak mulia dalam diri pengkajinya sebagai wujud dari kemantapan tauhidnya.
            Pendapat kaum sufi tentang makna ketauhidan sebagai tujuan utama dari mazhab tasawuf dapatdilihat dari pendapat mereka tentang tingkatan (al-maqam) tertinggi yang mungkin dicapai oleh seorang sufi.Mereka melahirkan sejumlah teori mengenai al-maqam tertinggi tersebut sebagai dampak dari perbedaan mazhab di antara mereka.Paling tidak,tasawuf dibagi menjadi dua mazhab,yakni tasawuf akhlaki/amali (berkembang di dunia Sunni) dan tasawuf falsafi (berkembang di dunia Syiah).Mayoritas sufi dari kalangan Sunni menegaskan bahwa al-maqam tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang sufi hanyalah tingkatan rida (al-ridha).Sejumlah sufi dari aliran tasawuf falsafi memiliki interperetasi berbeda dari mazhab tasawuf yang berhaluan Sunni.[2]
            



 [2]  Ja’far,2016,GERBANG TASAWUF,Medan:Perdana Publishing,hlm 24-28



































KESIMPULAN


            Tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada amal shalih dan kegiatan yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka pendekatan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan-Nya.

            Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat kebahagian dan ketenteraman dunia dan akhirat. Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah roh, bukan jasadnya. Kedua, Tuhan Adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekati-Nya adalah ketaatan dan tauhid. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui sikap dan perilaku. Kata SUFI dan tasawuf dikaitkan dengan kata-kata Arab yang mengandung arti suci





















                                            














DAFTAR PUSTAKA


      Bangun,Ahmad Nasution.2015.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
      Ja’far.2016.GERBANG TASAWUF.Medan:Perdana Publishing





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar